Thursday, March 13, 2014

Coffeekulture




indoor venue

Words & Photos: Edwin Pangestu

Your Second Home
Perkembangan dunia resto & cafe di Pantai Indah Kapuk (PIK) memang fenomenal, Anda akan mendapat banyak sekali pilihan tempat baru yang menarik. Sayangnya kelebihan ini juga dibarengi beberapa faktor negatif: seperti macet atau sulitnya mencari tempat parkir. Selain itu, menurut saya sebagian besar tempat di PIK malah lebih mengedepankan konsep interior daripada kualitas makanan. Sengaja didesain sebagai tempat hangout mungkin?

Dalam perjalanan pulang dari PIK menuju Pluit, Anda harus melewati Jl. Pluit Karang Utara. Di situ saya menjumpai Coffeekulture, sebuah coffee shop dengan atmosfer yang lebih homey dan..... lebih tidak pretensius. 

smoking area


Beberapa tempat mungkin akan menjadi pilihan hangout yang dikunjungi sebulan sekali, namun kadang Anda membutuhkan sebuah “markas” yang bisa dijadikan rumah kedua atau tempat meeting reguler. Coffeekulture jatuh pada kategori yang terakhir (kunjungan pertama ke sini juga untuk menjual barang yang saya posting di Kaskus). Coffee shop ini memiliki 3 pilihan venue: indoor, smoking area dan lantai 2 yang belum sempat saya jelajahi.

“Di wilayah utara, terutama Pluit dan Muara Karang, belum ada coffee shop yang benar-benar menonjolkan kualitas kopi. Kebanyakan terletak di selatan,” kata Jack, owner Coffeekulture, pada acara launching 12 Maret 2014. 


The Coffee
Bagaimana ciri khas kopi di sini? “Yang pasti kopinya lebih terasa (dalam kopi milk-based). Beberapa tempat lain malah susunya yang lebih terasa. Kami juga ingin menonjolkan rasa manis pada espresso, sementara itu kami mengurangi acid dan pahit,” jelas Jack.

Tentu Jack memiliki alasan tersendiri mengenai penonjolan rasa manis ini. Menurutnya mayoritas penduduk Pluit dan Muara Karang berasal dari daerah, terutama Medan. Mereka terbiasa dengan kopi manis, namun rasa manisnya berasal dari gula. “Jika kopi kami pahit atau acid, orang tidak akan mau minum. Kami ingin mengedukasi bahwa sebaiknya kita tidak perlu menambahkan gula pada kopi,” tuturnya.

Franky Zhou, manajer Coffeekulture, menambahkan, “Budaya di selatan dan utara memang berbeda. Mungkin di pelanggan di selatan akan mencari tahu sendiri tanpa perlu kita edukasi, mereka lalu datang ke tempat dan merekomendasikannya pada orang lain, sementara di utara, kami harus lebih bisa menjelaskan.”
 
Jack
Saat ini, Coffeekulture hanya menyajikan kopi espresso-based dengan pilihan biji kopi house blend yang terdiri dari campuran kopi Ciwidey, Mandheling dan Papua. Dengan body medium, espresso ini memiliki rasa manis yang lebih dominan dari acid, espresso ini juga memiliki aftertaste pahit yang cukup tahan lama, bahasa kerennya,”cukup nendang”.

Saya mendapat kesan house blend Coffeekulture memang sengaja didesain untuk dinikmati sebagai latte atau cappuccino, bukan untuk diminum begitu saja sebagai espresso. Benar saja, cangkir kedua saya, latte terasa lebih menyenangkan dengan paduan rasa pahit dari espresso dan rasa manis alami dari steamed milk. Jika Anda berkunjung ke Coffeekulture, saya merekomendasikan latte, atau cappuccino. Dan jangan lupa, coba dulu kopinya sebelum Anda menaburkan gula tambahan, karena kemungkinan besar Anda tidak membutuhkannya.

The Food
Coffeekulture juga menyajikan beberapa pilihan makanan berat. Seperti yang sudah kita duga, masakan western seperti steak dan pasta lebih diminati anak muda, sementara yang lebih dewasa lebih memilih masakan Asia favorit seperti kwetiauw. “Di sini kami sengaja tidak mau terlalu idealis, karena melihat kondisi lingkungan kita. Di sini kita lebih ke China town, jadi kita menyesuaikan diri,” tambah Jack.

Saat acara launching, ada beberapa makanan ringan yang disajikan seperti Volcano Cassava, Spring Roll, dan Bonne Moiselle. Volcano Cassava merupakan singkong goreng yang dihias dengan cantik oleh parutan keju dan potongan cabe rawit (peringatan bagi yang tidak suka pedas seperti saya!). Bonne Moiselle merupakan sandwich berisi smoked beef dan topping yang sekilas mirip dengan telur mata sapi. Setelah saya coba ternyata ini adalah melted mozzarella & cheddar! Ini menu favorit saya! Saya akui, saya lemah terhadap melted mozzarella.

Karena ada janji lain, saya tidak sempat berlama-lama di Coffeekulture. Tapi, saya pasti akan kembali lagi untuk mencoba menu lain. Seperti yang saya bilang tadi, tempat ini layak dikunjungi lebih dari sekali.

Volcano Cassava
 
Kesimpulan: Tempat yang tepat untuk dijadikan markas, untuk sekedar ngopi, bersantai, ngobrol seharian bersama teman-teman. 

Catatan: Akan lebih seru jika Anda membawa kartu atau board game.




Your Second Home
The resto & cafe development in Pantai Indah Kapuk (PIK) is phenomenal, you’ll have so many interesting new places there. Unfortunately, it comes with some consequences, such as the heavy traffic jam, or difficulties in finding parking lots. Moreover, I feel that most of the places in PIK are more about interior concept, more than the quality of the food itself. Perhaps, they are specifically designed for hangout purpose?

The more down to earth fun began when you drive back from PIK to Pluit, to be exact at Jl. Pluit Karang Utara, where I saw Coffeekulture. It’s a coffee shop with more homey atmosphere, and.... less pretentious.

Some places are great to be visitted occasionally, but sometime you need a base, a second home or regular meeting point. Coffeekulture falls to the latter category. In fact, my first visit here was to sell some stuffs that I posted in Kaskus . The coffee shop has 3 available venues: indoor, smoking area and the 2nd floor that I haven’t explored yet.

“In northern part of Jakarta, especially Pluit and Muara Karang, there’s no real coffee shop that offers true quality coffee. Most of the coffee shops are located in south,” said Jack, owner of Coffeekulture, on the grand launching March 12th 2014.


The Coffee
So what’s the main characteristic of the coffee? “We want more coffee flavor (in milk-based coffee). Other places have more dominant milk flavor. We also want to highlight the natural sweetness of the coffee, while reducing the acidity and bitterness,” explained Jack.

Jack has his own reasons to highlighy this sweetness. According to him, most of the residents in Pluit and Muara Karang come from outside Jakarta, mostly from Medan. They are used to sweet coffee, but the sweetness that comes from sugar. “People are not buying if we offer bitter or acid coffee. We want to educate people to drink their coffee without adding any sugar.”


Franky Zhou, the manager of Coffeekulture, added, “North and south has different culture. Customers in south don’t need us to explain, they are willing to find information for themselves, come to the place and recommend it to others. Meanwhile, in here, we have to put more effort to educate the market.”

At the time, Coffeekulture only offers espresso-based coffee made of their house blend: Ciwidey, Mandheling and Papua. With medium body, the espresso has the sweet notes that overpower the acidity, it also has long, bitter, kicking aftertaste.

I got the impression that this espresso was designed as latte or cappuccino, not to be drunk directly as espresso. When I had my second cup, latte, it hit the spot with the combination of the kicking bitterness and the natural sweetness of the steamed milk. If you visit this place, I won’t hesitate to recommend the latte or cappuccino. One more thing, just give a chance to the coffee, taste it before adding any sugar, chances are, you won’t need any sugar at all.

Spring Roll
The Food
Coffeekulture offers some main course too. As expected, the western cuisine such as steak and pasta are the favorite among younger visitors, while older one would opt for Asian dishes like kwetiauw. “Looking at our surrounding, we don’t want to be too idealistic. We are more like China town, so we have to adapt to the local demand ,” Jack added.

At the launching party, there are some interesting snacks such as Volcano Cassava, Spring Roll, and Bonne Moiselle. Volcano Cassava is fried cassava, beautifully decorated with grated cheese and green cayenne (warning for those who can’t stand hot food, like me!). Bonne Moiselle is a sandwich with smoked beef filling and topping that looks like fried egg. After a bite, I realized that it’s melted mozzarella and cheddar! I got my favorite here! I have to say, I’m a sucker for melted mozzarella.

Too bad I couldn’t stay much longer because of another appointment. But I will certainly come back here to try other menus. As I said, the place worth a second visit, or more.

Bonne Moiselle


Verdict: A good place to be your second home, for a cup of coffee (or more), relax, hangout all day with friends.

Note: You’ll have more fun if you bring any card or board games.

Coffeekulture
Jl. Pluit Karang Utara no. 37, Muara Karang, Jakarta Utara
021 6602234
Twitter: @coffee_kulture 


No comments:

Post a Comment