indoor venue |
Words & Photos:
Edwin Pangestu
Your Second Home
Perkembangan dunia
resto & cafe di Pantai Indah Kapuk (PIK) memang fenomenal, Anda akan
mendapat banyak sekali pilihan tempat baru yang menarik. Sayangnya kelebihan
ini juga dibarengi beberapa faktor negatif: seperti macet atau sulitnya mencari
tempat parkir. Selain itu, menurut saya sebagian besar tempat di PIK malah
lebih mengedepankan konsep interior daripada kualitas makanan. Sengaja didesain
sebagai tempat hangout mungkin?
Dalam perjalanan
pulang dari PIK menuju Pluit, Anda harus melewati Jl. Pluit Karang Utara. Di
situ saya menjumpai Coffeekulture, sebuah coffee shop dengan atmosfer yang
lebih homey dan..... lebih tidak pretensius.
smoking area |
Beberapa tempat
mungkin akan menjadi pilihan hangout yang dikunjungi sebulan sekali, namun
kadang Anda membutuhkan sebuah “markas” yang bisa dijadikan rumah kedua atau
tempat meeting reguler. Coffeekulture jatuh pada kategori yang terakhir
(kunjungan pertama ke sini juga untuk menjual barang yang saya posting di
Kaskus). Coffee shop ini memiliki 3 pilihan venue: indoor, smoking area dan
lantai 2 yang belum sempat saya jelajahi.
“Di wilayah utara, terutama Pluit dan Muara
Karang, belum ada coffee shop yang benar-benar menonjolkan kualitas kopi.
Kebanyakan terletak di selatan,” kata Jack, owner Coffeekulture, pada acara
launching 12 Maret 2014.
The Coffee
Bagaimana ciri khas
kopi di sini? “Yang pasti kopinya lebih terasa (dalam kopi milk-based).
Beberapa tempat lain malah susunya yang lebih terasa. Kami juga ingin
menonjolkan rasa manis pada espresso, sementara itu kami mengurangi acid dan
pahit,” jelas Jack.
Tentu Jack memiliki
alasan tersendiri mengenai penonjolan rasa manis ini. Menurutnya mayoritas
penduduk Pluit dan Muara Karang berasal dari daerah, terutama Medan. Mereka
terbiasa dengan kopi manis, namun rasa manisnya berasal dari gula. “Jika kopi
kami pahit atau acid, orang tidak akan mau minum. Kami ingin mengedukasi bahwa
sebaiknya kita tidak perlu menambahkan gula pada kopi,” tuturnya.
Franky Zhou, manajer Coffeekulture,
menambahkan, “Budaya di selatan dan utara memang berbeda. Mungkin di pelanggan
di selatan akan mencari tahu sendiri tanpa perlu kita edukasi, mereka lalu
datang ke tempat dan merekomendasikannya pada orang lain, sementara di utara,
kami harus lebih bisa menjelaskan.”
Saat ini,
Coffeekulture hanya menyajikan kopi espresso-based dengan pilihan biji kopi
house blend yang terdiri dari campuran kopi Ciwidey, Mandheling dan Papua.
Dengan body medium, espresso ini memiliki rasa manis yang lebih dominan dari
acid, espresso ini juga memiliki aftertaste pahit yang cukup tahan lama, bahasa
kerennya,”cukup nendang”.
Saya mendapat kesan house
blend Coffeekulture memang sengaja didesain untuk dinikmati sebagai latte atau
cappuccino, bukan untuk diminum begitu saja sebagai espresso. Benar saja,
cangkir kedua saya, latte terasa lebih menyenangkan dengan paduan rasa pahit
dari espresso dan rasa manis alami dari steamed milk. Jika Anda berkunjung ke Coffeekulture,
saya merekomendasikan latte, atau cappuccino. Dan jangan lupa, coba dulu
kopinya sebelum Anda menaburkan gula tambahan, karena kemungkinan besar Anda
tidak membutuhkannya.
The Food
Coffeekulture juga
menyajikan beberapa pilihan makanan berat. Seperti yang sudah kita duga,
masakan western seperti steak dan pasta lebih diminati anak muda, sementara
yang lebih dewasa lebih memilih masakan Asia favorit seperti kwetiauw. “Di sini
kami sengaja tidak mau terlalu idealis, karena melihat kondisi lingkungan kita.
Di sini kita lebih ke China town, jadi kita menyesuaikan diri,” tambah Jack.
Saat acara launching,
ada beberapa makanan ringan yang disajikan seperti Volcano Cassava, Spring Roll,
dan Bonne Moiselle. Volcano Cassava merupakan singkong goreng yang dihias
dengan cantik oleh parutan keju dan potongan cabe rawit (peringatan bagi yang
tidak suka pedas seperti saya!). Bonne Moiselle merupakan sandwich berisi
smoked beef dan topping yang sekilas mirip dengan telur mata sapi. Setelah saya
coba ternyata ini adalah melted mozzarella & cheddar! Ini menu favorit
saya! Saya akui, saya lemah terhadap melted mozzarella.
Karena ada janji lain,
saya tidak sempat berlama-lama di Coffeekulture. Tapi, saya pasti akan kembali
lagi untuk mencoba menu lain. Seperti yang saya bilang tadi, tempat ini layak
dikunjungi lebih dari sekali.
Volcano Cassava |
Kesimpulan: Tempat yang tepat untuk dijadikan markas, untuk sekedar
ngopi, bersantai, ngobrol seharian bersama teman-teman.
Catatan: Akan lebih seru jika Anda membawa kartu atau board
game.
Your Second Home
The resto & cafe
development in Pantai Indah Kapuk (PIK) is phenomenal, you’ll have so many
interesting new places there. Unfortunately, it comes with some consequences, such
as the heavy traffic jam, or difficulties in finding parking lots. Moreover, I
feel that most of the places in PIK are more about interior concept, more than
the quality of the food itself. Perhaps, they are specifically designed for
hangout purpose?
The more down to earth
fun began when you drive back from PIK to Pluit, to be exact at Jl. Pluit
Karang Utara, where I saw Coffeekulture. It’s a coffee shop with more homey
atmosphere, and.... less pretentious.
Some places are great
to be visitted occasionally, but sometime you need a base, a second home or
regular meeting point. Coffeekulture falls to the latter category. In fact, my
first visit here was to sell some stuffs that I posted in Kaskus . The coffee
shop has 3 available venues: indoor, smoking area and the 2nd floor that I
haven’t explored yet.
“In northern part of
Jakarta, especially Pluit and Muara Karang, there’s no real coffee shop that
offers true quality coffee. Most of the coffee shops are located in south,”
said Jack, owner of Coffeekulture, on the grand launching March 12th 2014.
The Coffee
So what’s the main
characteristic of the coffee? “We want more coffee flavor (in milk-based
coffee). Other places have more dominant milk flavor. We also want to highlight
the natural sweetness of the coffee, while reducing the acidity and
bitterness,” explained Jack.
Jack has his own
reasons to highlighy this sweetness. According to him, most of the residents in
Pluit and Muara Karang come from outside Jakarta, mostly from Medan. They are
used to sweet coffee, but the sweetness that comes from sugar. “People are not
buying if we offer bitter or acid coffee. We want to educate people to drink
their coffee without adding any sugar.”
Franky Zhou, the
manager of Coffeekulture, added, “North and south has different culture.
Customers in south don’t need us to explain, they are willing to find
information for themselves, come to the place and recommend it to others.
Meanwhile, in here, we have to put more effort to educate the market.”
At the time,
Coffeekulture only offers espresso-based coffee made of their house blend:
Ciwidey, Mandheling and Papua. With medium body, the espresso has the sweet
notes that overpower the acidity, it also has long, bitter, kicking aftertaste.
I got the impression
that this espresso was designed as latte or cappuccino, not to be drunk
directly as espresso. When I had my second cup, latte, it hit the spot with the
combination of the kicking bitterness and the natural sweetness of the steamed
milk. If you visit this place, I won’t hesitate to recommend the latte or
cappuccino. One more thing, just give a chance to the coffee, taste it before
adding any sugar, chances are, you won’t need any sugar at all.
Spring Roll |
The Food
Coffeekulture offers
some main course too. As expected, the western cuisine such as steak and pasta
are the favorite among younger visitors, while older one would opt for Asian
dishes like kwetiauw. “Looking at our surrounding, we don’t want to be too
idealistic. We are more like China town, so we have to adapt to the local
demand ,” Jack added.
At the launching party,
there are some interesting snacks such as Volcano Cassava, Spring Roll, and
Bonne Moiselle. Volcano Cassava is fried cassava, beautifully decorated with
grated cheese and green cayenne (warning for those who can’t stand hot food,
like me!). Bonne Moiselle is a sandwich with smoked beef filling and topping
that looks like fried egg. After a bite, I realized that it’s melted mozzarella
and cheddar! I got my favorite here! I have to say, I’m a sucker for melted
mozzarella.
Too bad I couldn’t
stay much longer because of another appointment. But I will certainly come back
here to try other menus. As I said, the place worth a second visit, or more.
Bonne Moiselle |
Verdict: A good place to be your second home, for a cup of
coffee (or more), relax, hangout all day with friends.
Note: You’ll have more fun if you bring any card or board games.
Coffeekulture
Jl. Pluit Karang Utara no. 37, Muara Karang, Jakarta Utara
021 6602234
No comments:
Post a Comment