Monday, March 10, 2014

The Heritage of Richard Hennessy




 
Words: Edwin Pangestu
Photos: www.hennessy.com

Dengan market share sebesar 43%, dari sisi penjualan rasanya Hennessy layak mengklaim dirinya sebagai cognac nomor 1 di dunia. Bahkan, pasar Hennessy masih lebih besar dari gabungan market share cognac nomor 2, 3 dan 4 sekaligus. 

Tentu saja, kesuksesan Hennessy tidak datang begitu saja tanpa kualitas. Jean-Michel Cochet, Ambassadeur de la Maison Hennessy, datang ke Jakarta pada 19 September 2013 untuk melakukan seminar dan dinner di Hotel Intercontinental, Jakarta. Saya termasuk salah satu orang yang beruntung dapat mengikuti kedua acara tersebut.

Cochet menjelaskan  proses pembuatan cognac yang didasarkan pada tradisi dan reputasi yang dibangun Richard Hennessy di tahun 1765. Sebagai informasi, cognac adalah minuman keras berjenis brandy yang diproduksi di sebuah kota di Perancis bernama sama, Cognac. Sama kasusnya dengan istilah champagne dan sparkling wine.

“Reputasi Hennessy dibangun dari 3 pilar, yaitu selection, maturation dan blending, serta tradisi membuat cognac selama lebih dari 200 tahun,” kata Jean-Michel Cochet. Konon, popularitas Hennessy di kalangan generasi muda belakangan ini semakin meningkat karena brand cognac ini sering disebut di berbagai lirik lagu hip hop. 

Salah satu hal yang saya kagumi dari produsen cognac adalah, mereka bukan orang yang egois. Mereka membuat eaux-de-vie saat ini untuk mengalami proses maturasi hingga ratusan tahun, sehingga keuntungannya baru akan dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Proses pembuatan yang rumit dan panjang menjadikan cognac sebagai salah satu minuman paling bergengsi di dunia, beberapa kalangan bahkan menjulukinya “The Bentley of Alcohol”. 




With 43% market share, from the sales perspective, I think Hennessy can safely claim itself to be the world’s number 1 cognac. The number is even bigger compared to the sales of the number 2, 3, and 4 put together.

Of course, Hennessy’s success doesn’t come without quality. The Ambassadeur de la Maison Hennessy, Jean-Michel Cochet came to Jakarta on September 19th 2013 to give seminar and hosting dinner in Intercontinental Hotel, Jakarta. I was one of the lucky audience to be able to attend both events.

Cochet explained that the process of making cognac is based on the tradition and reputation that was built by Richard Hennessy on 1765. FYI, in the world of spirit, cognac belongs to the brandy family, however cognac should be produced in a town in France with the same name, Cognac. It’s the same case with the term champagne and sparkling wine.

“Hennessy’s reputation is based on 3 pillars, selection, maturation, and blending, also the tradition of making cognac for over 200 years,” said Jean-Michel Cochet. Recently, Hennessy has been popular to the young generation because the brand is featured in various hip hop lyrics.

One thing that I adore from any cognac producers is that they are not selfish. They make eaux-de-vie now to undergo the maturation process ranging to hundred of years, thus, the profit can only be enjoyed by the next generations. 

The long, complicated process made cognac one of the most prestigious spirit in the world, some even called it The Bentley of Alcohol.

Richard Hennessy

No comments:

Post a Comment